Looking for something ?

Sabtu, 25 April 2015

REVIEW Ender's Game

Judul: Ender's Game
Penulis: Orson Scott Card
Penerjemah: Kartika Wijayanti
Penyunting: Nunung Wiyati
Pemeriksa aksara: Pritameani
Penerbit: Mizan Fantasi
Cetakan II, Februari 2014
Tebal: 482 hlm
ISBN: 978-979-433-747-9
Harga: Rp.59.000 (bukabuku)

Sinopsis:
Goodreads








Review:
" Masa depanmu dan masa depan ras manusia bergantung pada seberapa baik kau belajar, seberapa hebat kau bertempur. Ini kehidupan yang keras dan kau tidak akan memiliki masa kecil yang normal. Tentu saja, dengan pikiranmu, dan sebagai seorang Third, kau tidak akan memiliki kehidupan anak-anak yang normal." (hlm 40)
Cerita ini berfokus pada kehidupan Bumi di masa depan yang telah dua kali diinvasi oleh alien berbentuk serangga yang disebut Bugger/ Formic. Untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, ilmuwan mempercanggih teknologi dan membangun membangun segala peralatan yang dibutuhkan untuk melawan mereka. Namun, di atas semua itu International Fleet (IF) membuat sebuah sekolah untuk anak-anak muda yang berpikiran genius, Mazer Rackham yang kedua. Siapakah Mazer Rackham? Seorang komandan legendaris yang dengan jiwa kepemimpinan dan strategi cemerlangnya dapat menghancurkan armada kapal bintang Bugger. Maka dari itulah terlahir seorang bocah kecil yang dipercayakan dapat menyelamatkan Bumi. Itulah Ender Wiggin....
" Aku benar-benar memahami musuhku. Aku begitu memahaminya hingga bisa mengalahkannya, lalu pada saat yang sama aku juga menyayanginya. Kupikir mustahil untuk benar-benar memahami seseorang, mengenai keinginan, keyakinan, dan tidak menyayangi mereka seperti mereka menyayangi diri sendiri. Lalu, tepat pada saat itu, ketika kau menyayangi mereka...."
" Kau mengalahkan mereka."
" Tidak, kau tak mengerti. Aku menghancurkan mereka." 
~ Ender to Valentine (hlm 361-362)
 Andrew/ Ender Wiggin adalah anak bungsu dari ketiga bersaudara keluarga Wiggin. Seharusnya anak ketiga saat itu sangat dilarang oleh pemerintahan, tetapi tidak untuk Ender. Anak sulung, Peter Wiggin, sebelumnya terpercaya tetapi terlalu menyukai kekerasan, walaupun berotak genius. Nasib yang sama juga terjadi pada Valentine Wiggin anak kedua. Kebalikan dari Peter, dia malah terlalu lembut. Pemerintah pun dengan terpaksa menginginkan anak ketiga, yang dapat menggabungkan kedua sifat kakaknya.

Namun, status Ender sebagai Third (momokan untuk anak yang terlahir urutan ketiga) membuatnya ditindas oleh teman-temannya sehingga ia tidak memiliki seorang teman pun di sekolah. Tetapi suatu hari, mereka mencabut monitor yang terpasang di bagian belakang bawah lehernya. Alat yang digunakan untuk mengawasi kelakuan anak-anak. Namun pencabutan monitor itu mengartikan bahwa ia dikeluarkan dari sekolahnya. Dan juga membawanya ke Battle School yang tempatnya berada di angkasa luar untuk melatihnya segala hal untuk menjadi calon Komandan perang melawan para pasukan Bugger.
" Pasukan-pasukan lain bukanlah musuh. Musuh sebenarnya adalah para guru. Mereka mengharuskan kita melawan satu sama lain, saling membenci. Permainan adalah segalanya. Menang, menang, menang. Tidak ada hal selain itu. Kita membunuh diri kita, menjadi gila karena berusaha saling mengalahkan, dan sepanjang waktu mereka mengawasi kita, mempelajari kita, menemukan titik kelemahan kita, memutuskan apakah kita cukup baik atau tidak." (hlm 166)
Ender merasakan masa-masa terberatnya di Battle School. Selalu saja ada anak yang akan menindasnya. Kenapa tidak? Dia diperkenalkan sebagai seseorang yang nantinya akan memimpin peperangan besar dan paling genius di antara mereka semua. Tetapi memang harus begitu. Tak ada yang namanya tali persaudaraan. Hanya ada prinsip persaingan di Battle School. Walaupun masih ada yang mau berteman dengannya. Akankah Ender berhasil melewati semuanya dan berhasilkah ia menjadi calon penerus Mazer Rackham seperti yang mereka harapkan? Cari tahulah dengan membaca buku epic ini! ^_^

Sebelum membaca buku ini aku nonton filmnya terlebih dahulu padahal belum tahu kalau ini ada bukunya. Suka banget gaya tulisannya Om Orson Scott Card ini, terutama caranya mengungkapkan semua pikiran Ender. Setting futuristik sangat detail meskipun kadang agak bingung membayangkannya. Karena sudah menonton filmnya terlebih dahulu, jadi mudah saja untuk membayangkannya. Kagum banget sama pikirannya yang maju banget padahal buku ini pertama kali terbit 1970-an O-O #Mata belo. Permainan simulasi di bagian akhir buku juga menurutku keren banget.

Mungkin banyak yang mikir kalau buku ini cuma sekadar pertempuran antara manusia sama alien. Wah, salah besar tuh. Buku ini lebih mengarah ke aspek psikologisnya si Ender. Ya, di Battle School Ender diuji pikirannya dengan "permainan pikiran" yang selalu bagi anak-anak lainnya mustahil dimainkan, namun Ender berhasil sampai ke tahap-tahap lebih lanjut. Namun, permainan tersebut selalu memberikan mimpi buruk padanya. Karena buku ini alurnya sampai bertahun-tahun, kalian akan menemukan perubahan-perubahan dari sisi psikologis Ender. Selengkapnya baca sendiri bukunya ya!

Beberapa hal yang menggangu bagiku, yakni banyaknya kekerasan di novel ini. Begitulah seperti perkelahian Ender di bab awalan dan pertengahan saat di Battle School. Padahal tokoh-tokohnya ini masih kecil dan unyu semua, sudah pandai berantem aja. Yah memang karena di Battle School tidak ada yang namanya teman. Hanya ada musuh. Terkadang jadi pingin ngelus-ngelus si Ender, kasihan banget. This boy really needs some hug!! >.<

Bagi yang sudah nonton filmnya coba deh baca versi bukunya. Bukunya bahkan jauh lebih bagus dan membahas lebih banyak konflik dari pada filmnya. Well, I love this book.

Jadi, penilaianku untuk buku ini.......
4,5 out of 5 stars
For Ender's genius mind



Filmnya dirilis 1 November 2013 lalu yang disutradarai oleh Gavin Hood dan dibintangi oleh Asa Butterfield sebagai Ender, dan pemeran lainnya yaitu; Harrison Ford, Ben Kingsley, Hailee Steinfeld, Abigail Breslin, dan Viola Davis.

** Movie Adaptation Review Coming Soon **


<3 xoxo
Putri

1 komentar:

Jangan lupa komentarnya ya :))
Tapi berkomentarlah dengan bahasa yang sopan dan santun ;))