Looking for something ?

Senin, 23 Februari 2015

REVIEW Badai Matahari Andalusia

Judul: Badai Matahari Andalusia
Penulis: Hary el-Parsia
Editor: @rinalubis_stone
Tata sampul: @ferdika2
Tata isi: @bebebengs
Pracetak: Antini, Dwi, Wardi
Penerbit: DIVA Press
Cetakan pertama, Januari 2013
ISBN: 978-602-7663-83-1
Buntelan dari teman

Sinopsis:

Aku ingin bicara dengan perasaanku. Aku ingin menerangi Isabella dengan kalimat ilahiah. Aku ingin menjadi kertas putih tanpa dosa.
***
Ketika Kerajaan Isabella melakukan pembaptisan massal, Desa Gheyhalda yang dihuni oleh para muslim berhasil lolos dari pembaptisan tersebut. Termasuk Fatra, gadis cantik yang bekerja sebagai pelayan istana.
        Di istana itulah, Fatra bertemu Pangeran Fredich yang tampan namun angkuh. Pangeran pun jatuh cinta kepada Fatra, tetapi keyakinan yang berbeda membuat Fatra menolak cinta sang pangeran.
        Sementara itu, seorang mata-mata kerajaan Isabella berhasil mengetahui bahwa penduduk Desa Gheyhalda masih memeluk Islam. Atas perintah Fredich, desa itu pun dibakar. Sedangkan, Fatra dijebloskan ke dalam penjara. Dan, lantaran tetap menolak cinta Fredich, Fatra dibuang ke hutan belantara. Namun, rasa cinta membuat Fredich menyesal. Bersama panglimanya, Julian, ia mengembara mencari Fatra.
       Berhasilkah Fredich menemukan Fatra? Dan, bagaimana kelanjutan tahta Kerajaan Isabella?
Simak kisahnya dalam novel cerdas ini! Dengan latar Andalusia klasik, novel ini berhasil memadukan konflik, nilai-nilai agama, sejarah, dan cinta menjadi narasi indah yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Selamat membaca!


Review:
"Semua rintangan adalah tantangan menuju keberhasilan. Kepedihan juga awal dari kebahagiaan." (hlm 279)
Novel yang berlatar tempat di Andalusia (sekarang Spanyol) menceritakan tentang seorang gadis muslim bernama Fatra. Fatra memiliki paras yang cantik dan menawan, rambutnya pirang dengan lekuk tubuhnya yang indah.  Ia bekerja sebagai pelayan dan juru masak di Istana Kerajaan Isabella yang mayoritas beragama Kristen. Pihak kerajaan memerintahkan untuk mengirim perwakilan dari setiap daerah di wilayah Isabella untuk menjadi pelayan Isabella dan Fatra adalah salah satu dari mereka. Dialah satu-satunya yang beragama Islam dan setiap hari dia selalu mengenakan kerudung hitamnya. Dialah perwakilan dari Desa Gheyhalda yang seluruh penduduknya beragama Islam. Untungnya kerajaan percaya bahwa seluruh daerah penduduknya secara keseluruhan telah beragama Kristen karena pembaptisan massal yang dulu dilakukan oleh Kerajaan Isabella. Desa Gheyhalda yang penduduknya lolos dari pembaptisan massal, setiap hari melakukan aktifitas beribadah mereka dengan tanpa sepengetahuan Isabella di sebuah masjid yang tersembunyi.

Pangeran Fredich Louise Isabella, putra raja di Kerajaan Isabella yang berusia 25 tahun, memiliki perilaku yang kejam apabila ada salah satu penduduknya yang beragama Islam. Dia tak segan-segan untuk membunuhnya. Dia adalah pemuda yang sangat setia pada agamanya dan selalu menganggap agama Kristen agama yang paling benar.

Hingga suatu hari, Pangeran Fredich ingin menelusuri daerah-daerah di wilayah kerajaannya untuk membasmi penduduknya yang masih beragama Islam. Sampai ia mengetahui Desa Gheyhalda yang ternyata kebanyakan penduduknya Islam. Fredich memberantas mereka dengan pasukannya secara sadis dan tak berperikemanusiaan. Akhirnya mereka semua beserta keluarga Fatra tewas terbunuh di tangan Fredich.

Fatra yang pulang kerja dari istana terkejut melihat desa tempat tinggalnya yang sunyi. Ia meratapi penduduk Desa Gheyhalda yang sekarang telah terkapar tak berdaya di tanah dengan darah di sekujur tubuh mereka karena sabetan pedang bahkan ada beberapa yang kepalanya (maaf) terpenggal. Begitu Fatra melihat keluarganya yang juga telah tak bernyawa, ia menjerit dan menangis sejadi-jadinya. Perayaan besar di istana yang dilihatnya ternyata adalah merayakan musnahnya Islam di Gheyhalda dan di Kerajaan Isabella. Gejolak dendam akhirnya memenuhi hatinya. Dia bersumpah untuk membalas Isabella atas terbunuhnya keluarga Fatra beserta penduduk Gheyhalda.

Saat dua prajurit istana sedang berpatroli untuk menyelidiki kembali Gheyhalda, mereka pun menemukan Fatra. Begitu mereka tahu bahwa Fatra seorang Morrish (orang Islam) kedua prajurit berasumsi untuk membunuh saat itu juga. Namun mereka langsung mempertimbangkan untuk membawa Fatra menghadap Pangeran Fredich, karena ia satu-satunya yang masih hidup. Sesampainya di istana, Fatra menghadap Pangeran Fredich yang telah menyiapkan pedang untuk hukuman penggalnya. Begitu menatap wajah Fatra, Fredich tersadar bahwa Fatra adalah pelayan yang pernah dibentakinya dan pernah membuatnya jatuh hati. Fredich tak percaya bahwa pelayan itu adalah Fatra. Ia memanggil semua pelayan untuk berkumpul dan ingin membuktikan apakah benar ia Fatra. Setelah pemberitahuan para pelayan bahwa ia benar-benar Fatra, Merasa tak mampu untuk membunuhnya maka Fatra dijebloskan ke penjara. Pangeran Fredich yang telah jatuh cinta pada Fatra sangat bingung untuk memilih melamarnya dan merubah keyakinannya atau membunuhnya sesuai peraturan Isabella.

Untuk selengkapnya baca sendiri bukunya!! ^_^
" Hidup harus sederhana tapi bermakna. Jangan hidup penuh kemewahan tapi menyengsarakan. Dari kesederhanaan manusia akan selalu berpikir. Dari berpikir manusia akan tahu kebesaran Allah." (hlm 347)
Sebenarnya tujuan baca ini karena untuk membabat timbunan sih (hihi ^_^''). Yah, seperti Ayat Ayat Cinta aku awalnya nggak ada niat buat baca padahal sudah dikasih teman beberapa bulan yang lalu. Akhirnya awal tahun 2015 ini kebaca juga dan aku menyesal banget baru baca tahun ini. Ceritanya sangat mengagumkan dan bisa juga dibilang novel klasik, sebab bahasanya yang sangat indah walaupun agak bertele-tele (ehehe..) serta latar tempat dan waktunya yang terkesan jadul. Penulis sangat handal untuk membuatku terbawa suasana seperti saat adegan pembantaian warga Desa Gheyhalda yang sangat tragis jadi bikin gregetan sama  prajurit-prajurit Isabella yang mau nge-rape si Fatra. Dasar prajurit berotak mesum!! >.<

Penulis terinspirasi dengan sejarah Andalusia dimana cahaya Islam redup di langit Andalusia berkat tangan kejam Isabella. Penulis mampu untuk mendeskripsikan latar tempatnya dengan detail sehingga tidak terkesan tempelan saja dan membuatnya terasa hidup aroma klasiknya. Tokoh-tokohnya juga dapat dijelaskan dengan baik. Tokoh utamanya, Fatra, adalah tokoh favoritku sepanjang novel ini. Jiwa dan imannya yang kuat membuatku takjub. Bahkan daripada ia menerima lamaran dan merubah keyakinannya menjadi murtad, Fatra lebih ingin Fredich membunuhnya saja. Fatra juga sangat menjaga kesuciannya yang membuatku teingat tokoh Fahri di Ayat Ayat Cinta. Sungguh patut dicontoh ketabahan Fatra dalam menghadapi cobaan yang amat berat ini. Lumayan nyesek waktu Fatra meratapi kematian keluarganya dan warga Desa Gheyhalda.

Dari kelebihannya tadi, ada beberapa kekurangan dari novel ini. Ada perubahan sudut pandang dari sudut pandang ketiga menjadi pertama yang terkesan aneh. Tetapi setelah dicermati dengan baik POV orang pertama itu adalah POV tokoh yang disebut oleh POV orang ketiga di paragraf sebelumnya. Jadi seharusnya memakai tanda petik supaya lebih jelas #AhKokJadiRuwetSiehh

Kemudian untuk beberapa kata asing yang terdapat angkanya itu tidak ada penjelasan di bagian bawah halaman tersebut. Dan itu sangat menggangguku untuk membaca dengan tidak mengetahui apa arti kata asing tersebut (maklum nggak punya KBBI -__- )

Yang terakhir adalah ENDING-nya!! Endingnya terasa menggantung dan aku merasa tidak puas karena menurutku terlihat kurang lengkap. Fatra yang katanya diramalkan akan merubah keyakinan Isabella kok endingnya malah cuma begitu doang (No spoilers!!). Jadi kalau dipikir-pikir mungkin akan ada sekuel dari buku ini. Ya, berharap saja sih...

Tapi percaya deh buku ini memang seharusnya patut dibaca. Memang buku ini religius tapi nggak berat-berat amat kok. I guarantee ;)

So, my rating for this book...
4 out of 5 stars
This is actually an amazing book, but the ending is really made upset. This book must have a sequel!! >.<

<3 xoxo
Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya ya :))
Tapi berkomentarlah dengan bahasa yang sopan dan santun ;))